Step
1
1. Mendiagnosis
ð Dugaan sementara yang
diberikan berdasarkan pemeriksaan dan anamnesis yang dilakukan oleh dokter pada
pasien
2. Mengelaborasi
ð Menjelaskan sesuatu dg lebih
detail dan terperinci
3. Critical thinking
ð Proses intelektual scr aktif
untuk menganalisi atau mengevaluasi berdasarkan pengetahuan yg sesuai dpt
didpercaya, digambarkan dan beralasan dan jg berdasar metode yg ada
ð Proses kecerdasan yang
dilakukan scr aktif dan terampil untuk mendapatkan informasi dgn meneliti dan
dengan bukti dan fakta yg ada
4. Clinical reasoning
ð Penalaran klinis pertimbangan
baik buruk dr suatu kasus dengan
menggunakan pemikiran yg logis
ð Proses berpikir yg dilakukan
oleh dokter dlm menghadapi pasien yg bertujuan untuk mengambil keputusan klinik
yg terbaik
ð Penalaran yg terdapat bukti
real yg berkaitan ttg klinis
ð Proses dimana dokter
memusatkan pikiran mereka kearah diagnosa yg memungkinkan berdasarkan campuran
pola pengenalan dan penalaran deduktif hepotetik
5. Smart thinking
ð Kemampuan berpikir yg
didasari pengetahuan luas sehingga bisa menyelesaikan masalah tsb serta resiko
yg akan ditanggung
ð Pemikiran yg inovatif,
solutif, efektif
ð Berpikir cerdas oleh
seseorang dlm menghadapi permasalahan
6. Creative thinking
ð Menemukan ide sehingga kita
dpt memmiliki inovasi baru dl berpikir
ð Menciptakan hal hal baru yang
menarik
ð Pemikiran yg bersifat kreatif
dan unik dlm penyelesaian masalah
7. Ditelaah
ð Dikaji secara mendalam
ð Analisis dan evaluasi
Step
2
1. Apa tujuan dari
pengelaborasian ide?
2. Apa tujuan dr critical
thinking?
3. Apa manfaat berpikir kritis?
4. Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis?
5. Bagaimana kriteria orang
telah berpikir kritis?
6. Apa saja hambatan dalam
penerapan critical thinking?
7. Bagaiman contoh penerapan
critical thinking?
8. Jelaskan langkah atau tahapan
critical thinking dlm kegiatan penalaran klinis?
9. Apa hubungan antara penalaran
klinis dan mendiagnosis?
10.
Bagaimana tahap seorang dokter dalam mendiagnosis?
11.
Mengapa sebagai calon dokter kita harus mampu melalukan
clinical reasoning?
12.
Bagaimana cara menerapkan smart thinking dan creative
thinking?
13.
Bagaimana cara mengembangkan kreativitas di diri kita?
14.
Bagaimana cara
menelaah suatu materi yg didapat?
Step 3
1. Apa tujuan dari pengelaborasian ide?
-
Untuk mengembangkan pikiran kita
-
Memperluas materi yang sudah kita dapat atau memperjelas
wawasan yang sudah kita punya
-
Dapat memberikan alasan yang logi sehingga menghasilkan suatu
kesimpulan yang baik
2. Apa tujuan dr critical
thinking?
-
Dapat mencari informasi dengan tepat, dapat mengelola
informasi dengan logis, dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik
-
Menjadikan pembelajaran menjadi terarah dan tertata
-
Mendapatkan informasi sedetail mungkin
-
Melatih keahlian berpikir
-
Dalam mendiagnosis lebih menguasai dan terarah
-
Dapat memberikan penyelesaian suatu masalah tepat dan logis
-
Membuat orang lebih aktif dan memiliki informasi yang akurat
-
Dibidang klinik agar kita mencerna dengan baik apa yang
dikeluhkan pasien sehingga kita bisa mendiagnosa dgn tepat.
3. Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis?
-
Rajin rajin membaca, selalu up to date dengan informasi yang
realiable
-
Membiasakan diri melakukan SQ3R
-
Menyesuaikan situasi disekitarnya dan mencari solusi yang ada
dalam permasalahan
-
Berperan aktif dalam pembelajaran.
-
Mengembangkan daya nalar dalam menyelesaikan masalah dan berani
mengungkapkan pendapat.
-
Dengan cara mengkritisi sumber pembelajaran yang kurang baik.
-
Lebih sering sharing dengan teman sejawat, expert (pakar)
untuk bertukar informasi.
-
Dengan cara memilih sumber belajar yang akurat dan
terpercaya.
-
Mengkaji dan menguji data.
4. Bagaimana kriteria orang
telah berpikir kritis?
-
Terbiasa ingin tahu, banyak pengetahuan, dan terbiasa
menyampaikan alasan atau data yang dipercaya
-
Dapat menanyakan suatu hal dengan tepat, dapat mengolah
informasi yang logis, mencari informasi.
-
Tidak menerima info yang ada tanpa menelaah, selalu meneliti
sumber yang digunakan., menghargai ide orang lain, tidak malu bertanya.
-
Berperan aktif dalam diskusi atau penyelesaian masalah
-
Sering berpendapat, mau menerima masukan, memiliki sumber
yang akurat.
-
Berpikiran kreatif, rasional, logis, dan sistematis
-
Menjadikan masa lalunya untuk mengintrospeksi diri
-
Mampu memberikan penyelesaian thd masalah atau hal-hal yang
sifatnya teknis.
-
Tidak tergesa-gesa dalam menyelesaikan sesuatu
-
Dapat memahami pelajaran dengan baik benar
-
Cepat tanggap atau responsif, fleksibel, inovatif, dan
berwawasan luas, realistis, mengambil keputusan dengan bukti.
5. Apa saja hambatan dalam
penerapan critical thinking?
-
Karena kita belum terbiasa dalam berpikir kritis
-
Mempunyai rasa malas yang tinggi, tidak memiliki rasa ingin
tahu, tidak ingin mengembangkan potensi yang ada didirinya
-
Butuh waktu yang lebih bayak
-
Malas, mengandalkan pengetahuan teman, tidak ada motivasi
untuk melengkapi informasi
-
Tidak berani mengambil resiko, tertutup (tidak menerima ide
baru), takut membuat kesalahan
-
Kurangnya fasilitas dan minimnya prior knowledge
-
Merasa dirinya lebih unggul dari orang lain
-
Mudah merasakan kepuasan.
6. Bagaiman contoh penerapan
critical thinking?
-
Contoh memilih terapi ke pasien, apakah didukung bukti2
ilmiah yang kuat yang membenarkan terapi itu efektif atau tidak.
-
Dibidang klinis, tidak tergesa gesa dalam mendiagnosis, agar
tidak salah mendiagnosa pasien.
-
Dalam diskusi kita dapat mengambil sebanyak mungkin informasi
dari skenario yang ada
7. Jelaskan langkah atau tahapan critical
thinking dlm kegiatan penalaran klinis?
8. Apa hubungan antara penalaran
klinis dan mendiagnosis?
9. Bagaimana tahap seorang
dokter dalam mendiagnosis?
10.
Mengapa sebagai calon dokter kita harus mampu melalukan
clinical reasoning?
11.
Bagaimana cara menerapkan smart thinking dan creative
thinking?
12.
Bagaimana cara mengembangkan kreativitas di diri kita?
13.
Bagaimana cara
menelaah suatu materi yg didapat?
Step 4
Step 7
1 Apa tujuan dari
pengelaborasian ide?
2 Apa tujuan dr critical
thinking?
·
Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori,
memperkuat argumen
·
Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas
·
Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif
·
Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah
berdasarkan alasan yang kuat
·
Membiasakan berpikiran terbuka
·
Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan
jelas kepada lainnya
repository.unand.ac.id/18468/1/BERFIKIR%20KRITIS-PSPDG.pptx
3 Bagaimana cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis?
Sifat intelektual seorang perlu dikembangkan dan diasah agar
menjadi pemikir yang kritis.
Tidak ada resep yang instan untuk mengembangkan sifat- sifat intelektualitas dari seorang pemikir
kritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep dan prinsip, ketimbang prosedur yang
kaku, atau resep tertentu. Berpikir kritis menggunakan
tidak hanya logika (baik logika formal maupun
informal), tetapi juga kriteria
intelektual yang lebih luas, meliputi kejelasan, kepercayaan (credibility), akurasi, presisi
(ketelitian), relevansi, kedalaman, keluasan,
dan signifikansi (kemaknaan).
Salah satu cara yang penting
untuk mengembangkan sifat-sifat berpikir kritis adalah
mempelajari seni untuk menunda
penarikan kesimpulan definitif. Caranya adalah menerapkan
orientasi persepsi ketimbang menarik kesimpulan
final terlalu dini. Sebagai contoh,
ketika membaca sebuah novel, menonton film, mengikuti diskusi
atau dialog, hindari
kecenderungan untuk mengha- kimi atau menarik
kesimpulan tetap.
Untuk melatih
berpikir kritis, seorang perlu menyadari dan menghindari
adanya kecen- derungan untuk melakukan
kesalahan-kesalahan
yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, antara lain sebagai berikut:
1.
Dalam
suatu argumen terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalamsuatu
argumen terdapat kecenderungan untuk mengira semua orang tahu,
padahal tidak setiap orang tahu. Demikian juga mengira semua orang tidak tahu, padahal ada orang yang tahu.
Pemikir kritis berhati-hati dalam menggunakan kata “semua”, atau “setiap”.
Lebih aman menggunakan kata “sebagian
besar”, atau “beberapa”.
2. Menyangka bahwa setiap orang memiliki bias
(keberpihakan) di bawah sadar, lalu mempertanyakan
pemikiran refleksif yang
dilakukan orang lain. Pemikir kritis harus bersedia untuk menerima kebenaran
argumen
orang lain. Perdebatan tentang argumen
bisa saja menarik, tetapi tidak selalu berarti bahwa argumen
sendiri benar.
3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif.
Nilai- nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman
seorang mempengaruhi keyakinan dan
kemampuan orang
untuk memiliki
pemikiran
yang
terbuka. Pemikir kritis harus menying- kirkan kesalahan ini dan mempertimbangkan
untuk menerima informasi dari luar
4.
Mengingat kembali keyakinan
lama yang dipercaya dengan
kuat tetapi sekarang dittolak
5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan di mana keyakinan
seorang dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki- tarnya ketimbang apa
yang ia sendiri alami atau saksikan
Buzzle.com (2009). Developing critical thinking
skills. www.buzzle.com/.../developing-critical-
thinking-skills.html
Cottrell
S (2005). Critical thinking skills: Developing effective analysis and argument. Houndmills, Basingstoke, Hampshire, RG21 6XS,
England: Macmillan Publishers Limited
Kelly J, Hokanson B (2009). Study guides and
strategies: Reading critically. Interactive
Media (DHA 4384) School
of Design, University of Minnesota. www.studygs.net/crtthk.htm
Lau J (2009).
A mini guide to critical thinking.
Department of Philosophy
The University of Hong Kong.
philosophy.hku.hk/think/
North Central
Regional Educational Laboratory (2009). Critical thinking skill. www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/.../sa3crit. htm -
Wikipedia (2009).
Critical thinking. www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_thinking
4 Bagaimana kriteria orang
telah berpikir kritis?
·
Kriteria berpikir kritis:
a. seseorang menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
b. bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
c. dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara
sistematis
d. berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
e. bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan
pekerjaan yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan
duniawi
f. kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur
atau tidak berlaku adil.
g. adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun
akanmerugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
h. keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan
ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan hanya akan
mengakibatkan hal yang sebaliknya
Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan
beberapa kriteria yang dapat kita jadikanstandar dalam proses berpikir kritis,
yaitu:
a. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan:
"Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci sampai tuntas?";
"Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?";
"Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!". Kejelasan merupakan
pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat
membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan
yang demikian, maka kita tidak akan
dapat berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".
b. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah
pernyataan dapat ditelusuri melalui pertanyaan: "Apakah pernyataan
itu kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan?"; "Bagaimana cara
mengecek kebenarannya?"; "Bagaimana menemukan kebenaran yg akurat
dalam sebuah sumber?" Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak
akurat, seperti dalam penyataan berikut, "Pada umumnya anjing berbobot
lebih dari 300 pon".
c. Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian
data-data pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat
dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah pernyataan. "Apakah
pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?"; "Apakah
pernyataan itu telah cukup spesifik?". Sebuah pernyataan dapat saja
mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya "Aming
sangat berat" (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon
atau 500 pon!)
d. Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan
atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan.
Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut:
"Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan pertanyaan?";
"Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang permasalahan?".
Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan
permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan
dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat
mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak
relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.
e. Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai
jawaban yang dirumuskan tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks dan
mengerti mendalami secara benar jawaban atau materi tsb, Apakah
permasalahan dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah
dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan masalah?
Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian,
ketepatan, relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan dari dalam).
Misalnya terdapat ungkapan, "Katakan tidak". Ungkapan tersebut biasa
digunakan para remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang
(narkoba). Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi
sangat dangkal, sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan
bermacam-macam.
f. Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat
ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau
dari berbagai sudut pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam
merespon pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah
pernyataan tersebut menurut... Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi
persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi
tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau
argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja
dalam pertanyaan yang diajukan.
g. Logic (logika)
Logika bertemali
dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan konsep yang
benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya?
Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya,
bagaimana kedua hal tersebut benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan
dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir
dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung
perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis. Ketika
berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung
atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.
Sambas,
Syukriadi, Mantik Kaidah Berpikir Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000.
Santrock, John W. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Ralingson J.G, 1997,
Berfikir Kreatif dan Brain Storming, Jakarta : Erlangga
Izzati, N. (2009),Berpikir
Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya
Pada Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Bandung 19 Desember 2009, hal. 49-60
5 Apa saja hambatan dalam
penerapan critical thinking?
Hambatan – hambatan dalam
Berpikir Kritis
Sepintar – pintarnya orang yang melakukan berpikir
kritis dengan baik, kadang kalamendapatkan seesuatu hambatan dalam menjalani
berpikir kritis. Hal yang menjadikansuatu hambatan, yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan kita tentang latar belakang
informasi yang relevan dari suatumasalah atau persoalan, sehingga untuk memutuskan
suatu penyelesaian kurang tepatdan tidak sesuai dengan apa yang
diinginkan.
2.Menyangkut sikap ; prasangka, kebohongan, rasionalisasi, dan penstereotipan(generalisasi).
3. Menyangkut keyakinan
; mitos, tahayul, agama, dan adat istiadat.
4. Paradigma yang dianut, seperti :
Egosentrisme,
sebagaimana hal
nya manusia adalah subjek dalam kehidupanini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebutsebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal
utama yang haruskita hindari. Apalagi bila kita berada dalam
sebuah tim yang membutuhkan kerjasamayang
baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulitmendapatkan
inovasi – inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentrisini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak pekaterhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi,
tetapi hanya menjadi penambahmasalah. Semakin sering kita berlatih berpikir
kritis secara ilmiah, maka kita akansemakin berkembang menjadi tidak
hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pada profesidokter,
dimana seorang dokter harus mengutamakan kesehatan pasien dengan
tindakanmedis yang diberikan.
Sosiosentrisme,
paradigma yang dimana seorang berpikir
lebih berpusat untuk keuntungan kelompoknya. Sosiosentrisme bisa mengubah cara pandang seseorangyang berpikir kritis. Ada dua sudut pandang
pemikiran, yaitu bias kelompok daninsting kelompok.
Bias kelompok adalah kecenderungan menilai bahwa
kelompok yang ia anut adalah paling baik, tanpa menilai tentang kelemahan kelompoknyasenndiri dan juga tidak menilai tentang sisi positif dari kelompok lain. Instingkelompok adalah kecenderungan untuk mengikuti
pendapat atau gagasan dari oranglain yang bersifat mayoritas, tanpa
menilai baik dan buruknya dari sebuah keputusanyang
dianutnya.
Abrori C.
Berpikir kritis dalam profesi dokter
. Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.Jember;2008Kurniawan E.
Pembudayaan keterampilan berpikir kritis
. Bandung: 16 Juli 2002Sitopu R.
Kuliah berpikir kritis
. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta;2009Sudaryanto.
Kajian kritis tentang permasalahan sekitar
pembelajaran kemampuan berpikir kritis
. 26 Agustus 2008. Diunduh darihttp://www.fk.undip.ac.id/pengembangan- pendidikan/77-pembelajaran-kemampuan-berpikir-kritis.html. November 2009Paul R,
Linda E
.. The miniature guide to critical thinking
"CONCEPTS & TOOLS".
TheFoundation of Critical Thinking
.
California;2005
6 Bagaiman contoh penerapan
critical thinking?
Dengan menggunakan kerangka skeptisis-me ilmiah,
berpikir kritis diperlukan di semua bidang profesi dan disiplin akademik,
termasuk bidang profesi kedokteran. Sebagai contoh, dalam memilih terapi untuk
pasien, seorang dokter perlu berpikir kritis apakah keputusan untuk memilih
terapi sudah tepat, apakah didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang kuat yang
membenarkan bahwa terapi itu memang efektif untuk memecahkan masalah yang
dihadapi pasien. http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf
7 Jelaskan langkah atau tahapan
critical thinking dlm kegiatan penalaran klinis?
Tahapan berfikir kritis yatitu : (1) Keterampilan
menganalisis, (2) Keterampilan mensintesis, (3) Keterampilan mengenal dan
memecahkan masalah, (4) Keterampilan menyimpulkan, dan (5) Keterampilan
mengevaluasi atau menilai
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/06/sudahkan-berfikir-kritis-kreatif-dan-problem-solving/
Analysis
Kemampuan untuk menguraikan suatu
materi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur organisasinya mudah untuk
dipahami. Ketrampilan ini antara lain mengidentifikasi bagian-bagian suatu
informasi, menganalisis hubungan antar bagian, dan mengenali prinsip organisasi
yang ada di dalamnya.
Synthesis
Kemampuan untuk mengintegrasikan
beberapa informasi sehingga membentuk sesuatu yang baru.
Evaluation
Kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap suatu materi sesuai tujuan yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan
dengan memberi batasan kriteria yang digunakan, kriteria internal atau ekternal
yang sesuai dengan tujuan.
Truth seeking
Selalu ingin menemukan kebenaran dari
masalah yang sedang dihadapi, berani mengajukan pertanyaan, jujur dan
memberikan pandangan secara objektif meskipun penemuan tersebut tidak mendukung
kepentingan atau pendapatnya.
Open-mindness
Bertenggang rasa terhadap perbedaan
pandangan dan bisa menerima jika dirinya mengetahui adanya penyimpangan dari
pandangannya.
Analyticity
Selalu memberikan alasan melalui
bukti-bukti dalam memecahkan masalah, serta memberikan perkiraan kemungkinan
adanya penyulit dalam menerapkan konsep dan secara konsisten siap untuk
berpartisipasi jika dibutuhkan.
Systematicity
Teratur, terorganisir, memusatkan
perhatian, dan rajin meninjau ulang.
Self-confidence
Percaya diri terhadap keputusannya
secara positif dan mempengaruhi orang lain untuk memecahkan masalah secara
rasional.
Inquisitiveness/Sceptical
Tidak mudah percaya secara
intelektual dan mempunyai kemauan untuk belajar.
Maturity
Melihat masalah, mengkaji, dan
mengambil keputusan dengan pemahaman yang mendalam bahwa suatu masalah
memungkinkan untuk dapat ditangani dengan lebih dari 1 solusi yang rasional,
dan berkali-kali melakukan pertimbangan sesuai standar, konteks, serta melihat
bukti-bukti sebelum memastikan.
8 Apa hubungan antara penalaran
klinis dan mendiagnosis?
9 Bagaimana tahap seorang
dokter dalam mendiagnosis?
Inilah Cara Berpikir Dokter Dalam Mendiagnosis
Ketika Anda sakit, pasti yang dipikirkan
caranya untuk sembuh. Salah satunya adalah dengan pergi berobat ke dokter.
Tetapi, tahukah Anda bagaimana sistematis dokter berpikir dalam menganalisa
keluhan serta pemeriksaan fisik yang dilakukan sehingga keluar menjadi
diagnosis dalam mengobati penyakit Anda? Ingin tahu?
1. Diagnosis banding
Percaya atau tidak ketika Anda mengutarakan keluhan utama, misalnya adalah panas, seorang dokter di dalam otaknya sudah mengantri ribuan jenis penyakit yang menggambarkan panas sebagai keluhan utama, semakin banyak Anda menyertakan keluhan-keluhan pendamping serta kronologis penyakit Anda dengan tepat, maka antrian diagnosis banding di dalam otak dokter tersebut akan semakin berkurang dan berkurang hingga pada akhirnya akan menjadi satu buah diagnosis penyakit Anda.
Bila Anda menyaksikan tayangan drama luar negeri House, disini Anda bisa mengetahui bagaimana dokter menganalisa satu buah penyakit dari beberapa jenis penyakit melalui sistematis diagnosis banding.
2. 70% diagnosis bisa ditegakkan hanya dari anamnesis
Anamnesis atau definisi sederhanya adalah proses wawancara antara dokter dan pasien, dimana informasi yang diterima oleh dokter dari pasien adalah suatu proses dalam menegakkan diagnosis. Pada umumnya terutama bagi dokter yang telah berpengalaman sekali, anamnesis bisa menjadi kunci yang sangat baik dalam mendiagnosis penyakit pasiennya. Hanya dengan mengutarakan keluhan utama, keluhan pendamping dan kronologisnya, biasanya dokter sudah bisa menentukan diagnosis penyakit si pasien hingga 70%.
Sebaiknya bila Anda berobat, jangan sungkan untuk menceritakan segala keluhan terutama keluhan yang paling sangat menganggu kondisi kesehatan tubuh Anda.
3. Panca indera dokter = alat vital
Percaya atau tidak mungkin Anda pernah bertemu dengan seorang dokter di tempat praktik yang memperhatikan Anda dari ujung rambut hingga ujung kaki, begitupun dengan penulis yang amat sangat memperhatikan keadaan pasien. Bukan hanya saja melihat, tetapi ketika pasien masuk ke dalam ruang praktik dengan kelima panca indera, penulis mulai membuat suatu diagnosis perkiraan penyakit si pasien, mulai dari penampilan, aroma pasien, dan derik langkah pasien.
Jadi jangan pernah menutupi atau merasa malu untuk menunjukkan suatu keadaan tentang penyakit Anda kepada dokter, karena percaya atau tidak ketika Anda masuk ke dalam ruang praktik dokter, Anda sudah mulai didiagnosis oleh dokter tersebut. Dokter dengan daya observasi yang tajam, adalah dokter yang amat sangat memperhatikan pasiennya.
4. Pemeriksaan fisik adalah nomor 2
Bagi para dokter senior yang sangat berpengalaman, bagi mereka diagnosis yang sudah bisa ditegakkan melalui proses anamnesis, pemeriksaan fisik hanyalah untuk mengonfirmasi hasil temuan mereka dari proses analisis penyakit melalui anamnesis, sehingga tidak heran bila Anda bertemu dengan dokter yang lebih banyak melakukan anamnesis dibandingkan dengan pemeriksaan fisik, karena kemungkinan ia telah mengetahui penyakit Anda sebelumnya!
5. Pemeriksaan penunjang bukanlah segalanya
Namanya pemeriksaan penunjang bukanlah pemeriksaan utama yang bisa dijadikan patokan untuk mendiagnosis penyakit. Seorang dokter biasanya hanya akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengonfirmasi temuan serta kemungkinan yang akan terjadi pada diri Anda.
Jadi sebenarnya bagi Anda yang langsung pergi ke laboratorium untuk memeriksakan darah dan sebagainya tanpa pergi ke dokter terlebih dahulu sebenarnya adalah cara yang salah, karena bila Anda tidak mengerti hasil pemeriksaan lab yang bisa dipastikan Anda akan menemui dokter untuk membantu mengiterpretasikan hasil lab yang pada akhirnya Anda akan keluar uang sebanyak dua kali, padahal belum tentu dokter akan meminta Anda untuk memeriksakan diri ke lab.
1. Diagnosis banding
Percaya atau tidak ketika Anda mengutarakan keluhan utama, misalnya adalah panas, seorang dokter di dalam otaknya sudah mengantri ribuan jenis penyakit yang menggambarkan panas sebagai keluhan utama, semakin banyak Anda menyertakan keluhan-keluhan pendamping serta kronologis penyakit Anda dengan tepat, maka antrian diagnosis banding di dalam otak dokter tersebut akan semakin berkurang dan berkurang hingga pada akhirnya akan menjadi satu buah diagnosis penyakit Anda.
Bila Anda menyaksikan tayangan drama luar negeri House, disini Anda bisa mengetahui bagaimana dokter menganalisa satu buah penyakit dari beberapa jenis penyakit melalui sistematis diagnosis banding.
2. 70% diagnosis bisa ditegakkan hanya dari anamnesis
Anamnesis atau definisi sederhanya adalah proses wawancara antara dokter dan pasien, dimana informasi yang diterima oleh dokter dari pasien adalah suatu proses dalam menegakkan diagnosis. Pada umumnya terutama bagi dokter yang telah berpengalaman sekali, anamnesis bisa menjadi kunci yang sangat baik dalam mendiagnosis penyakit pasiennya. Hanya dengan mengutarakan keluhan utama, keluhan pendamping dan kronologisnya, biasanya dokter sudah bisa menentukan diagnosis penyakit si pasien hingga 70%.
Sebaiknya bila Anda berobat, jangan sungkan untuk menceritakan segala keluhan terutama keluhan yang paling sangat menganggu kondisi kesehatan tubuh Anda.
3. Panca indera dokter = alat vital
Percaya atau tidak mungkin Anda pernah bertemu dengan seorang dokter di tempat praktik yang memperhatikan Anda dari ujung rambut hingga ujung kaki, begitupun dengan penulis yang amat sangat memperhatikan keadaan pasien. Bukan hanya saja melihat, tetapi ketika pasien masuk ke dalam ruang praktik dengan kelima panca indera, penulis mulai membuat suatu diagnosis perkiraan penyakit si pasien, mulai dari penampilan, aroma pasien, dan derik langkah pasien.
Jadi jangan pernah menutupi atau merasa malu untuk menunjukkan suatu keadaan tentang penyakit Anda kepada dokter, karena percaya atau tidak ketika Anda masuk ke dalam ruang praktik dokter, Anda sudah mulai didiagnosis oleh dokter tersebut. Dokter dengan daya observasi yang tajam, adalah dokter yang amat sangat memperhatikan pasiennya.
4. Pemeriksaan fisik adalah nomor 2
Bagi para dokter senior yang sangat berpengalaman, bagi mereka diagnosis yang sudah bisa ditegakkan melalui proses anamnesis, pemeriksaan fisik hanyalah untuk mengonfirmasi hasil temuan mereka dari proses analisis penyakit melalui anamnesis, sehingga tidak heran bila Anda bertemu dengan dokter yang lebih banyak melakukan anamnesis dibandingkan dengan pemeriksaan fisik, karena kemungkinan ia telah mengetahui penyakit Anda sebelumnya!
5. Pemeriksaan penunjang bukanlah segalanya
Namanya pemeriksaan penunjang bukanlah pemeriksaan utama yang bisa dijadikan patokan untuk mendiagnosis penyakit. Seorang dokter biasanya hanya akan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengonfirmasi temuan serta kemungkinan yang akan terjadi pada diri Anda.
Jadi sebenarnya bagi Anda yang langsung pergi ke laboratorium untuk memeriksakan darah dan sebagainya tanpa pergi ke dokter terlebih dahulu sebenarnya adalah cara yang salah, karena bila Anda tidak mengerti hasil pemeriksaan lab yang bisa dipastikan Anda akan menemui dokter untuk membantu mengiterpretasikan hasil lab yang pada akhirnya Anda akan keluar uang sebanyak dua kali, padahal belum tentu dokter akan meminta Anda untuk memeriksakan diri ke lab.
Medicalera.com
-- Jejaring kesehatan yang berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat awam
medis, kalangan profesional, mahasiswa dan industri kesehatan dalam berbagi
info kesehatan.
10
Mengapa
sebagai calon dokter kita harus mampu melalukan clinical reasoning?
Clinical
reasoning dari !udut pandang
Critical thinging
"dalam
menjalankan praktek kedokteran, dokter
diharuskan selalu melakukanclinical reasoning. =ro!es
dkk. )// mengambil pendapat <ewble menjelaskan bahwaclinical reasoning
adalah proses kogniti# yang terjadi ketika berbagai in#ormasi yangdiperoleh
dokter baik melalui anamnesis dan pemeriksaan #isik atau melalui kasus klinik yang diberikan pada mahasiswa kedokteran disintesis dan diintegrasikan dengan penegtahuan
dan pengalaman
yang telah dimiliki
sebelumnya oleh dokter dan mahasiswatersebut
yang kemudian dipergunakan untuk mendiagnosis dan menatalaksana masalah pasien.Karena merupakan proses
kogniti#, maka proses reasoning sangat dipengaruhioleh proses ber#ikir manusia yang cenderung untuk6 )i terburuburu sehingga
seringtidak dilakukan e!aluasi yang mendalam terhadap berbagai alternati# )ii dangkal,sehingga gagal untuk menantang asumsi dan
mempertimbangkan pandangan orang lain)iii kabur, tidak jelas )i! dan tak
terorganisir. 1kibatnya, wajar jika pada umumnya kitaselalu mencari jalan pintas penyelesaian masalah. 2ogniti!e bias juga
mempengaruhi praktek dokter, salah satunya adalah con#irmation bias, yakni banyaknya waktu yangdipergunakan untuk
mengkon#irmasi atau mecari pembenar atas hipotesis yangdibuatnya, dan bukan
menge!aluasi ketepatan atau
mencari kelemahan hipotesisnya.Untuk mengatasi bias kogniti#
tersebut, Kee dan $ickle )//4 mengutip pendapat %oy(oses, menyarankan
agar6 )i meminta #eedback atas proses pengambilan keputusan dankeputusan yang dihasilkan )ii membuat
akuntabilitas dan justi#ikasi yang jelas untuk menetapkan keputusan )iii
perlu men#okuskan diri untuk mencari hipotesis alternati#.Selain itu,
hal lain yang perlu diperhatikan dalam clinical reasoning terkait dengan
prosescogniti!e adalah6 hindari bias persepsi dengan menata ulang masalah, cari
penjelasan dari berbagai re#erensi, dan biasakan untuk membuang in#ormasi
yang tidak berguna.2linical reasoning biasa dibagi menjadi #orward dan backward
clinical reasoning)(atel dkk. dalam $eullens
dkk. //>. Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan hipotesis berdasarkan data yang ada. Sedangkan backward clinicalreeasoning adalah mengungkapkan data berdasarkan hipotesis. Sebagai contoh, jikaseorang
dokter menyatakan bahwa pasien ini mempunyai gula darah yang tinggi melebihinormal, dan menarik hipotesis bahwa pasien
menderita diabetes, maka dapat dikatakan bahwa dokter
tersebut melakukan #orward reasoning. Sedangkan jika dokter
menyakatankarena pasien menderita diabetes, maka pasien memiliki gula darah
yang tinggi melebihinormal."itinjau dari konsep critical thinking, maka #orward clinical reasoning lebihmenerapkan
konsep critical thinking. "alam menegakkan diagnosis atau hipotesis,
palingtidak langkah yang dilakukannya adalah menginterpretasi, menganalisis, danmenge!aluasi data )sign, symptoms dan pemeriksaan
penunjang kemudian melakukan
=ro!es, ;,
Scott, 8, 1le9ander, @. //. 1ssessing clinical reasoning6 a method
tomonitor its de!elopment in a ($L curriculum,
Medical
Teacher
, !ol 4, <o.>.
>/D >*>
Clinical reasoning merupakan salah
satu kompetensi utama pendidikan dokter. Selama proses pendidikan, strategi
hipothetico-deductif sudah lama digunakan agar mahasiswa mengetahui alur
berpikir dalam proses pengmbilan keputusan klinik. Pada praktek strategi
tersebut jarang dilakukan kecuali pada kasus-kasus sulit atau jarang ditemui.
Penelitian tentang pentingnya pemahaman materi pengetahuan dan cara
pengorganisasian pengetahuan memerlukan kemampuan berpikir kritis untuk mendapatkan
informasi yang dapat digunakan sebagai landasan ketika seseorang menjalani
profesinya.
11 Bagaimana cara menerapkan
smart thinking dan creative thinking?
12 Bagaimana cara mengembangkan
kreativitas di diri kita?
13 Bagaimana cara menelaah suatu materi yg
didapat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar